Chapter I: Kapten renta

Tagline: Engkau ingin maju disaat orang ingin kau mundur......

Hari itu adalah siang terpanas di bulan ini. Di saat mentari tengah menunjukkan kekuatan dan kekuasaannya akan atmosfir bumi, manusiapun tak mau kalah terus berjalan menyusuri setiap kesempatan di muka buni. Tak ada yang bisa menghalangi mereka, walau mentari terus menggencarkan aksinya memanaskan bumi yang sudah terlalu gerah. Oke, mari kita bertarung.

Tepat di sebuah ibukota sebuah negara yang tampak makmur sentosa di luar, hampa di dalam, seorang pemimpin sedang berpikir. Tampak peluh membasahi keningnya yang mulai berkerut. Dia berpikir, "bagaimana aku bisa lebih memajukan negara ini agar tidak terjerumus lebih jauh?". Ya, sudah banyak masalah yang tersisa untuknya semenjak pemimpin sebelumnya yang sangat otoriter dan hanya meninggalkan kesenangan sesaat dan kerugian yang harus di tanggung oleh tujuh turunan generasi bangsa ini. Keningnnya semakin berat saja, dan hampir membuat badannya yang tua renta hilang kesadaran.

Sebelum sang pemimpin jatuh, sang ajudan yang setia dengan sigap mengantarkannya menuju kamar peristirahatan, melepaskan beban, menghilangkan penat di dada. Tak terbayangankan betapa berat pekerjaan seorang pemimpin bagi jutaan umat manusia dengan beragam latar belakang dan sifat. Setiap kali mereka merasa tak terpuaskan, pemimpinlah yang di kejar-kejar, sedangkan pegawai-pegawai itu hanya diam saja sambil menikmati indahnya KORUPSI.

Hari beranjak sore, matahari masih bertengger gagah di atas luasnya angkasa, bukti kekuasaaan Tuhan yang tiada tara. Sang presiden masih lemah. Entah apa yang ada dibenaknya saat ini, yang pasti hal itu membuat para pegawai kepresidenan cemas. "kita, harus bagaimana? sudah 1 jam lebih beliau terbaring di sana". "sabarlah, dia sudah tua, dengan begitu draft ini akan lebih lancar jalannya". "tapi kalau presepsimu itu salah, aku nggak akan segan-segan melaporkannya. aku nggak ingin terlihat terlibat dalam hal ini". "Tenang saja, serahkan padaku". Kedua mata yang mengawasi di depan pintu ruang kerja itupun berpaling, menyimpan rencana jahat mereka (untuk lebih mematangkannya)....

wait for the next chapter...._